Bismillah...
tulisan ini hadir dari sebuah pertanyaan kepada para "pemuja" tokoh revolusioner.
tulisan ini hadir dari sebuah pertanyaan kepada para "pemuja" tokoh revolusioner.
Para "pemuja" itu, mungkin sudah "khatam" membaca buku-buku sejarah che guevara, sejarah karl marx, malcolm x, atau sepak terjang hugo chavez. Tak bisa dipungkiri pula bagaimana kagumnya mereka terhadap tokoh-tokoh itu. kagum terhadap pemikirannya, kagum terhadap aksi-aksi "heroik"-nya, atau kagum terhadap romantisme asmara-nya. Kekaguman itu yang membuatku menganggap bahwa mereka adalah "pemuja" tokoh-tokoh itu. dampak "pemujaan" itu juga bisa saya lihat dari gaya-nya berbicara, cara berfikirnya, dan bentuk sikapnya dalam menghadapi suatu masalah. namun sayang, mayoritas "pemuja" itu hanya berhenti pada tataran ide dan konsep yang berbentuk kata. Aksi-aksi "heroiknya", semangat belajarnya, kekuatan karakter pribadinya, tak mampu menggerakkan sekitarnya, ia hanya berhenti pada pribadi para "pemuja". Sehingga, ide-ide revolusioner itu, menjadi semakin utopis.
Dari sekian banyak pemuja tokoh-tokoh itu, kepada yang muslim, saya hendak bertanya, "sudahkah kalian membaca sejarah pemilik suri tauladan terbaik, pembawa risalah Islam, Muhammad Shallallaahu 'alayhi wasallam...??". jika belum, bacalah. karena di dalamnya ada ide realistis yang dalam sejarah pernah terbukti menyejahterakan manusia pada titik "ekstrim". yakni pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, dimana TIDAK ADA pengemis yang bisa diberi sedekah. konsep negara yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallaahu 'alayhi wasallam terbukti kesuksesannya dalam menyejahterakan pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Azis. tak pernah ada "ideologi" sebelum dan setelahnya yang menandingi. baik itu sosialisme marxis ataupun kapitalisme liberal. itu sependek pengetahuan saya. :)
berbicara masalah toleransi beragama-pun tak ada yang menandingi, teringat perkataan Umar bin Khattab pasca penaklukan yerusalem "assurance of safety for themselves and their property, their churches, their crosses, the sick and healthy of the city and for all the rituals which belong to their religion". artikan sendiri, semoga engkau takjub. :)
Dari sekian banyak pemuja tokoh-tokoh itu, kepada yang muslim, saya hendak bertanya, "sudahkah kalian membaca sejarah pemilik suri tauladan terbaik, pembawa risalah Islam, Muhammad Shallallaahu 'alayhi wasallam...??". jika belum, bacalah. karena di dalamnya ada ide realistis yang dalam sejarah pernah terbukti menyejahterakan manusia pada titik "ekstrim". yakni pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, dimana TIDAK ADA pengemis yang bisa diberi sedekah. konsep negara yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallaahu 'alayhi wasallam terbukti kesuksesannya dalam menyejahterakan pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Azis. tak pernah ada "ideologi" sebelum dan setelahnya yang menandingi. baik itu sosialisme marxis ataupun kapitalisme liberal. itu sependek pengetahuan saya. :)
berbicara masalah toleransi beragama-pun tak ada yang menandingi, teringat perkataan Umar bin Khattab pasca penaklukan yerusalem "assurance of safety for themselves and their property, their churches, their crosses, the sick and healthy of the city and for all the rituals which belong to their religion". artikan sendiri, semoga engkau takjub. :)
jika masih ada muslim yang menganggap bahwa Islam bukanlah solusi, atau mungkin menganggap-nya solusi tapi suatu yang utopis, mungkin bukan Islam yang mesti diperbaiki, tapi pengetahuan kita akan Islam itu sendiri yang mungkin sangat terbatas. mengingat, kita lebih banyak membaca buku "modern" ala barat dan jarang menghadiri kajian2 Islam. ane sih optimis, dan tambah optimis ketika melihat perkembangan Turki yang mulai membaik dibawah pemerintahan Erdogan. dengar2 sih, ada prediksi ahli bahwa Turki akan menjadi negara terkaya di dunia pada tahun 2020 (semoga). :)
eh tapi, semua adalah utopis jika muslim itu sendiri tidak mencerminkan bagaimana Islam yang sesungguhnya. Islam memang harus meng-akar dalam pribadi muslim agar dapat menjadikan Islam sebagai sebenar-benarnya solusi.
akhirul kalam, jika "Amerika Serikat" bangga dan "ngotot" dengan ideologi LIBERAL yg dilahirkannya, uni soviet bangga dan juga "ngotot" dengan ideologi KOMUNIS-nya, mengapa sebagai muslim kita tidak bangga dan "ngotot" dengan ideologi ISLAM kita?
BACALAH!!
wallahu 'alam.
by @mad_nadi
"Utopia" itu adalah sebuah kata yang bersinonim dengan kata "Negasi". Mengapa, karena definisi utopia itu adalah kondisi atau keadaan yang dibayangkan, diinginkan yang lebih baik dari kondisi yang ada saat ini, artinya kondisi yang dibayangkan ber-negasi dengan kondisi yang ada saat ini. Manusia pasti menginginkan suatu kondisi yang lebih baik dari kondisi yang ada sekarang. Disini, Utopia adalah satu proyek yang 'riil'.
ReplyDeletejika demikian, maka utopia itu tidak tunggal, karena manusia selalu ingin lebih baik, maka yang ada adalah "utopia setelah utopia". Dititik ini dapat disimpulkan bahwa utopia itu adalah sesuatu yang riil atau "realisme sebuah utopia"
selanjutnya adalah mengidentifikasi strategi mencapai utopia...
Liberal, Sosialis, Kapitalisme, Sosial Demokrat dst dst tidak ada yang sempurna, hal-hal yang benar dan baik dari itu semua, tidak berarti diciptakan oleh mereka, tapi mereka hanya 'menemukan'nya. disini saya sepakat dengan antum, bahwa kelemahannya adalah pada kemampuan manusia memahaminya.
Mengenai Islam, setahu yang saya jauh, variannya (mazhab) terlalu banyak, dan masing-masing varian satu sama lain berkeras untuk 'mendominasi' dan 'menghegemoni'. Saya membayangkan tidak seperti ini. Jika semangat "assurance of safety for themselves and their property, their churches, their crosses, the sick and healthy of the city and for all the rituals which belong to their religion" maka seharusnya itu tidak hanya diberlakukan kepada agama lain, tetapi harus konsisten yaitu juga dengan mazhab yang berbeda dengan kita.
Thanks pnjelasannya ttg utopia. Ane baru faham. Kliatanmi bodo'ku. :|
ReplyDeleteTtg toleransi antar mahzab, sy setuju, asal tdk mngganti yg tsawabit (tetap) dalam Islam. Misal : menambah/mengganti/mengurangi dua kalimat syahadat.
Contoh lain, Ahmadiyah tdk bsa ditolerir krn syahadatnya berubah dan masih menggolongkan dirinya sbg umat Islam. Kalau saja ahmadiyah mengaku sbg agama sendiri, ya umat Islam pasti bertoleransi seperti toleransi dgn agama lain. Selain itu, kalau sudah tdk termasuk dalam Islam, ya buat kitab sendiri, jgn pake Alquran sbg landasan agama, krn akan mnjadi pelecehan jika masih dipake sbg landasan. :)
Wallahu 'alam.
Orang yang mengaku bodo' itu biasanya tidak bodo'. ini (mungkin) sama dengan orang yang mengaku gila: sebenarnya dia tidak gila, karena dia sadar akan dirinya, sementara orang gila betulan, dia selalu merasa 'waras' nda mau dibilang gila ;)
ReplyDeleteBagi saya, yang cuma Islam KTP saja ini, shalawat itu adalah hal penting. yang lebih penting bagi saya adalah, jika ada orang mengaku bertuhan Allah SWT, meyakini bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah dan Alquran adalah kitab Allah, maka bagi saya dia adalah orang Islam. Bahwa syahadatnya berbeda, itu persoalan penafsiran mereka saja yang (menurut saya) salah. Jangankan shalawat yang diucapkan berbeda, tata cara shalat (misalnya bersedekap atau tidak bersedekap saja bisa berbeda padahal ini hal yang bisa dilihat dengan mata, dimana masing-masing pengikutnya mengaku bahwa merekalah yang paling benar karena berdasar atau melihat dari cara shalat Nabi Muhammad SAW) apalagi hal yang diucapkan seperti shalawat, kemungkinan untuk berbedanya, karena perjalanan waktu dan perbedaan ruang, sangat besar sekali kemungkinannya.
mengenai toleransi atau tidak-toleransi, saya sepakat saja, yang tidak kita inginkan adalah jika kita melakukan tindak kekerasan karena kita intolerance. saya tidak mengatakan bahwa Ahmadiyah itu benar, bagi saya mereka juga salah (menurut Islam yang saya pahami) tapi disisi lain, saya juga harus menyisakan sedikit ruang di hati dan (apalagi) di nalar saya, bahwa saya bisa saja ternyata adalah pihak yang salah bukan mereka, karena saya bukan orang yang dijamin suci oleh Allah SWT. Saya tidak tahu kalo Mamad adalah manusia yang dijamin oleh Allah SWT terbebas dari kesalahan. wallahu 'alam
Kata ustad saya yang lain (karena anda sudah jadi ustad saya juga hehe) bahwa perlu juga kita memberikan sedikit saja ruang dipikiran kita bahwa "mungkin saja saya yang salah, bukan orang lain". Karena dengan begitu kita bisa menjadi manusia pembelajar, yang selalu ingin mencari kebenaran hakiki. Tapi disisi lain, apa yang saat ini diyakini harus diyakini dengan kuat. Karena Allah SWT juga menilai kita dari niatan dan usaha kita untuk terus bergerak mencari kebenaranNYA.
ps:
saya apresiasi tulisanmu ini karena sudah bersedia keluar dari isu atau topik mengenai dinamika / konflik dalam Islam sendiri, membandingkan dengan ideologi dunia lain dibandingkan ikut ribut-ribut bicara mengenai konflik mazhab didalam Islam
salam warrahmah
yah, sepengetahuan saya sih, ber-syahadat (bhs arab) punya makna luas dari sekedar 'bersaksi' jika diartikan dlm bhs Indonesia. sy sepakat bhwa yg mengaku bhwa Allah adalah Tuhan dan Muhammad sbg RasulNya serta Alquran adlh kitabNya adalah muslim. bersyahadat juga punya syarat, ia harus diyakini, diucap, dan dilaksanakan. bersyahadat "aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah RasulNya" berarti meyakini bhwa Allah adalah satu2nya Tuhan dan menafikan selainNya serta meyakini bhwa Muhammad adalah utusan Allah yg terakhir.
ReplyDeletemaka ketika ada yg brkata selain "Aku bersaksi bhwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah RasulNya" berarti telah merubah syahadat yg mmg sudah diajarkan oleh Rasulullah. tak pernah ada hadits lain yg punya redaksi berbeda dgn dua kalimat syahadat tsb.
misal dengan mengganti dengan kalimat "Mirza gulam ahmad adalah utusan Allah" berarti syahadat tsb tertolak.
masalah perbedaan dalam sholat, itu adalah perkara fiqh/ikhtilaf/khilafiyyah, mungkin saja berbeda. tp masalah aqidah, adlh masalah tsawabit (tetap), jd ya tdk boleh ada penafsiran yg berbeda. krn bagi saya syahadat itu CORE/Inti, yg jika ia berubah, maka Islam pasti jg berubah dan sudah bukan lagi Islam namanya.
jika masalah fiqh/ikhtilaf/khilafiyah/ijtihadiyyah, sy selalu memposisikan diri bhwa saya mungkin saja benar, dan juga mungkin saja salah. namun, jika masalah aqidah/dua kalimat syahadat ini, sy menolak utk merasa mungkin salah. krn bagi saya, ketika ada anggapan bhwa dlm hal aqidah sy mungkin saja salah, berarti kemungkinan besar juga Islam yg saya jalankan skrg jg salah. sehingga, utk apa mnjalankan agama yg keliru?
utk masalah kekerasan dalam menyikapi perbedaan, sy juga tdk stuju, kcuali dlm bbrp kondisi. mnyikapi prbedaan dgn kekerasan tdk mnjadi solusi trbaik. krn dakwah dgn ahsan, dgn cara yg baik masih bisa dilakukan.
hehe, sebenarnya sih, bagi saya, tdk cocok ahmadiyah dijadikan sbg contoh perbedaan madzhab, krn ahmadiyah bkn mahdzb dlm Islam (bagiku).
saat ini, masalah ini (perbedaan mahzab) bkn mnjadi prioritas kerja saya, krn saat ini, ide2 mmbawa Islam ke ranah negara adalah fokus utama saya. shgga ide2 dan kerja2 mnsejahterakan umat manusia dan mnjadi solusi besar dunia mmbuat saya harus lbh sedikit bijak menyikapi berbagai perbedaan.
semoga ada waktu dan ilmu yg mumpuni untuk menulis ttg solusi Islam thdp prbedaan mazhab dan juga thdp masalah aliran sesat. :)
wallahu 'alam.
Sebenarnya, saya tidak suka berdiskusi ttg hal ini, krn ujung2nya kemungkinan besar hanya debat kusir. Sy lbh senang berdiskusi ttg bgmn memecahkan permasalahan bangsa, krn masalah Islam tdk hanya ttg menyikapi perbedaan mazhab saja. Kemiskinan, kebodohan, kesehatan, dsb adalah masalah umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya yg harus diselesaikan bersama oleh seluruh elemen masyarakat tanpa panda status suku, agama, ras, dll.
ReplyDeleteWallahu 'alam. :)
Mad,ane dah baca.Yang pertama mucul dikepala : Unik. Tidak begitu banyak tulisan yg saya baca yang mengungkapkan Islam dari sisi politik. Makanya tulisan ini kayak oase di padang pasir :3
ReplyDeleteTapi muncul kekhawatiran saya, apakah ini pertanda bahwa Islam akan memiliki satu sisi lagi yang akan "disibuki"? Sudah cukup banyak persoalan yang "disibuki" oleh para pemikir Islam. Terutama hal-hal yang berhubungan langsung dengan "inti" Islam itu sendiri. Tapi itu hal yang wajar.
Nah kalo sisi Politik Islam juga mulai "disibuki" siapa yang akan membangun Islam? Dalam kepalaku, Islam (tokoh-tokoh/pemikir) saat ini, terutama di Indonesia, masih harus memberikan perhatian lebih terhadap isu-isu yang memberangus intisari Islam yang sebenarnya.
Belum lagi, kebanyakan penduduk Indonesia sekarang mempunyai kepercayaan/adat baru, "loe-loe,gue-gue"
@dhito : kalo di kepalaku, masalah isu2 yg "memberangus intisari Islam yg sebenarnya" hnya bisa efektif dilakukan ketika Islam mengelola negara, krn Islam hnya bisa tegak dengan sempurna ketika pemerintahan Islam sudah ada.
ReplyDeleteIslam memang harus menyibuki semuanya. Sampai cara bersin-mu sekalipun. Hehe..
InsyaAllah masih bnyak kelompok Islam yg lain yg juga menyibuki isu2 ttg mncegah "perusakan intisari islam yg sebenarnya".
We'll see... :D
nah kalo itu saya sepakat sama ente, mari lebih baik berpikir mensejahterakan rakyat, dari pada bahas mengenai mazhab, salah menyalahkan pemahaman tentang Islam dst dst. mari kerja sama sama, terserah kau ahmadiyah, wahabi, sunni, syiah, yahudi, kristen, kariting, hitam, kalo punya ide keren untuk kesejahteraan orang banyak, saya ikut. begitu pun sebaliknya, biar saya ganteng bagaimanapun kalo punya ide keren, mari gabung! ;)
ReplyDeletetolong virus ente ini disebarluaskan ke lebih banyak orang,,,kalo bisa sih di komunites ente biasa bergaul hehe
salam
Eits, jangan salah, di komunitas tmpat-ku mi bergaul yg ajarika berfikir seperti ini. Hehe.. ;D
DeleteYuk mari... bekerja untuk Indonesia.. ;)
Kalo ganteng ndk usahmi bilang2, diam2 saja, kayak saya diam2ja. :D