Wednesday, May 11, 2011

Cuci Motor


Teringat sbuah kisah pada masa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam..

Pada waktu itu, Bilal bin Rabah radhiyallahu anhu masih kafir dan masih menjadi budak. Kerjaannya tiap hari menumbuk gandum. Hari-harinya dilalui dgn penuh kesabaran dalam rangka memenuhi perintah majikannya. Hingga pada suatu hari, ketika ia sedang menumbuk gandum, ada sosok yang tak dikenalnya datang dan mengambil alat tumbuk kemudian menumbuk gandum seraya membantunya. Wajah pria itu tampan, postur tubuhnya gagah, rambut dan janggutnya licin serta rapi, tubuhnya sangat wangi, senyumnya indah, giginya rapi mengkilat. 'Siapa dia?' Fikir Bilal. Namun Bilal cuek saja dan tak terlalu memikirkannya, 'paling sebentar dia pergi dan tak kembali lg, yg pnting kerjaanku cepat selesai', ucapnya dlm hati.

Keesokan harinya, hal yg tak pernah diduga bilal terjadi. Pria gagah itu kembali datang dan kembali membantu pekerjaannya. Rasa heran mulai menyergapi perasaan bilal. 'Mengapa ia kembali datang?'

Esoknya, pria tampan itu datang kembali, esoknya datang lagi, lagi dan lagi.. hal ini trjadi berhari-hari, dan rasanya tak wajar bagi orang yg bukan budak namun mengerjakan pekerjaan budak.


Bilal sangat heran, karena pria wangi ini terlihat begitu ikhlas membantunya, hal ini terlihat dari keceriaan yg terpancar dari wajahnya ketika sedang bekerja. Ketika mata mereka beradu, semburat senyum menyingsing di wajahnya, indah sekali.

Hingga akhirnya bilal dengan rasa penasarannya yg membuncah, bertanya kepada pria gagah itu. 'Siapa anda?' Jawabnya, 'aku Muhammad, Rasulullah..'

Dan kita semua tau, bagaimana ujungnya, bilal radhiyallahu anhu masuk ke dalam Islam dengan sepenuh hati.

Saudaraku, apa pelajaran yg bsa kita ambil dari kisah Bilal di atas?

Ya, ternyata pekerjaan kita tak sekedar memenangkan opini. Pekerjaan kita tak sekedar memuaskan hasrat akal akan opini-opini kebenaran. Tak sekedar memenangkan opini bahwa "Islam adalah solusi atas segala permasalahan". Tapi, ada hal yg terkadang kita (saya khususnya) lupa terhadapnya. Yakni, memenangkan HATI

Mengapa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam lebih dahulu mencontohkan akhlak mulia dibandingkn dengan lisan mulia? Ya, karena seseorang jauh lebih melihat akhlak dibanding mendengar lisan. Jika akhlak tak sesuai dgn lisan, maka lisan tak lagi berdaya menunjukkan kebenaran. Namun, Ketika hati telah dimenangkan, maka segala kebenaran takkan bisa terbantahkan bahkan akan dengan mudah diterima. Begitulah hukumnya.

Dan rasulullah, manusia yg cerdas akal dan hatinya, telah mencontohkannya. Beliau memenangkan hati sebelum memenangkan opini.

Pertanyaannya. Sejauh mana kita telah memenangkan hati objek dakwah kita? Sekuat apa upaya kita utk memenangkannya?

Ataukah kita hanya berupaya memenangkan opini dan berusaha menanamkannya kepada objek dakwah kita?

Berbekallah..

Dakwah ini, tak sekedar memenangkan opini..


*NB : mengapa catatan ini kuberi judul "Cuci Motor"? Krn inspirasi ini kudapat ketika sedang asyik mencuci motor. :)

No comments:

Post a Comment